Rabu, 25 Agustus 2010

Sediakan payung sebelum hujan, kata-kata ini yang pantas kita semua ketahui terutama bagi kita di Negara Kepulau terutama didaerah Pulau Papua terhadap efek pemanasan global yang berpengaruh terhadap tingginya permukaan air laut.

Sebuah fenomena alam baru muncul dari benua Amerika bahwa sebuah GUNUNG ES berukuran panjang 30 Km dan lebar 14 Km lepas dari Gletser Petermann, Greenland, melintasi Lautan Arctic, Rabu (11/8/2010) menuju Selat Nares. Menurut para ilmuan jika gunung es ini mencair akan menaikan permukaan air laut seluruh dunia hingga mencapai 6 meter.

Negara Indonesia merupakan Negara Kepuluan sehingga, naiknya permukaan air laut sangat berpengaruh terhadap sebagian daerah daratan. Menurut informasi sebuah surat kabar Ibu kota yaitu Sains Kompas bahwa bertambahnya permukaan air luat di seluruh dunia hingga 6 meter, kemungkinan akan menenggelamkan sebagian Jakarta Utara antara 2-3 meter.



Bagaimana dengan Papua……………………????

Jujur dikata, berbicara masalah politik semua orang di Papua pasti akan berbicara dan sangat pintar. Namun untuk masalah seperti ini kita sering mengangap sepeleh dan tidak perna memperhatikan persoalan tersebut. Perlu di ketahui bahwa Pulau Papua yang di juluki oleh pelaut Spanyol sebagai Pulau emas pada Thn 1519, berhubungan langsung dengan samudra Pasifik di Bagian Utara. Sehingga dampak penambahan muka air laut yang diprediksikan oleh para ilmuan, akan mempengaruhi permukaan darata pada Negara-Negara Kepuluan dan daerah Kepulauan. Proses pencairan gunung es berukuran 260 Km2 atau lima kali luas Jakarta pusat tentu akan terjadi pada beberapa tahun kedepan. Menurut badan pemantau ES Kanada bahwa, pulau es tersebut mencapai wilayahnya sekitar dua sampai tiga tahun mendatang. Dalam perjalanannya pulau es tersebut bisa pecah menjadi lebih kecil, jika membantur gunung es lain dan tepian pulau, kemudian terkikis oleh pengaruh angin, gelombang dan mencair jika memasuki perairan yang hangat.

Kami pernah melakukan penelitian tentang kondisi Hidrodinamika di daerah Tg. Ceweri Kampung Enggros Distrik Aberpura Kota Jayapura Provinsi Papua. Dari hasil penelitian diketahui bahwa didaerah tersebut terjadi proses erosi dan Abrasi Pantai yang cukup tinggi kearah Tenggara. Dari hasil pengambilan data trep sedimen diketahui bahwa, proses abrasi pada daerah penelitian cenderung kearah Timur Tenggara, sedangkan proses sedimentasi cenderung kearah Barat-Barat Laut atau kearah Kaki Bukit Skyland.


Proses abrasi pantai ini disebabkan oleh pengaruh pasang surutnya permukaan air laut dan tinggi gelombang. Diketahui bahwa Tinggi gelombang maksimum rata-rata pada daerah penelitian yaitu 118.66 Cm, tinggi gelombang minimum rata-rata pada daerah penelitian yaitu 90.46 Cm dan panjang rata-rata gelombang pada daerah penelitian yaitu 3.34 m. Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa kekuatan gelombang pada daerah penelitian yaitu sebesar 0.00180 watt. Tingginya proses abrasi pantai ini diketahui dari pengambilan data swash (berat material yang terendapkan dari laut ke darat/pinggir pantai yaitu 25-50 gr) and beck swash (berat material yang ditarik gelombang dari darat/pinggir pantai ke laut yaitu 60-100 gr) serta pengambilan data batimetri. Proses abrasi pantai yang cukup tinggi ini lah yang bisa menyebabkan Tanjung Ceweri putus. Dari hasil pengamatan lapangan jika terjadi gelobang pasang maka, air laut akan masuk hingga ke Teluk Yotefa, bagaimana jika permukaan air laut bertambah pada beberapa tahun kedepan, kemungkian daerah sekitar Abe Pantai akan tercam jika tidak ada penanganan serius dari Pemerintah berupa reklamasi pantai.


Ini adalah hasil penelitian kami didaerah Jayapura yang kami lakukan sekedar mengisi waktu kosong tanpa dibiayai oleh siapapun. Bagaimana dengan daerah Biak, Serui, Nabire, Manokwari dan Sorong serta beberapa daerah lainnya yang berhubungan langsung dengan Samudra Pasifik. Ini adalah tugas pemerintah pemerintah daerah maupun provinsi untuk memperhatikan.



Penulis : Alon Quartz (Marlon) dkk yg bantu yaitu Caki, Ren, Kilo, Deko, Ifan, Iko, Pang